Senin, 18 Juli 2016

Puisi Paling Syahdu: Bila Kutitipkan (Gus Mus)



Puisi yang indah dan memesona tidak selalu harus terlahir dari kelindan kata-kata tinggi sugawi. Namun dari jalinan koosakata dan frasa biasa nan sederhana pun, puisi yang syahdu dan merdu dapat tercipta darinya.Selama ditulis dari hati, maka kedalaman maknanya pasti menyentuk hati pembaca. Mustofa Bisri atau akrab disapa Gus Mus adalah salah satu penyair kesayangan saya yang selalu menghadirkan puisi indah nan romantis menyayat hati hanya melalui untaian kata sederhana. Salah satunya adalah puisi berikut ini:

Bila Kutitipkan

Oleh: Mustofa Bisri

Bila kutitipkan dukaku pada langit
Pastilah langit memanggil mendung
Bila kutitipkan resahku pada angin
Pastilah angin menyeru badai
Bila kutitipkan geramku pada laut
Pastilah laut menggiring gelombang
Bila kutitipkan dendamku pada gunung
Pastilah gunung meluapkan api, tapi
'kan kusimpan sendiri mendung dukaku
dalam langit dadaku
Kusimpan sendiri badai resahku
dalam angin desahku
Kusimpan sendiri gelombang geramku
dalam laut fahamku
Kusimpan sendiri api dendamku
dalam gunung resamku

Kusimpan sendiri

Senin, 04 Juli 2016

Mencerna Sepi




Dalam beberapa tahun terakhir, buku kumpulan sajak dan puisi semakin banyak hadir mengemuka dalam khazanah perbukuan Indonesia. Adalah sesuatu hal yang menyenangkan hati, setidaknya bagi saya, mengingat kemunculan buku puisi yang tidak seramai kehadiran karya sastra lainnya, bahkan puisi di letakkan pada kasta paling bawah dalam dunia penerbitan, terbukti sangat sedikit penerbit sastra yang berani menerbitkan buku kumpulan puisi, apalagi dari penyair pemula. Namun semakin majunya dunia percetakan yang ditandai dengan banyak munculnya penerbitan secara mandiri (self publishing) yang ditopang oleh gaya penyetakan print on demand alias penyetakan secara terbatas sesuai peminat, maka semakin banyak pula buku puisi yang hadir ke tengah-tengah penikmat sastra. Hal ini ikut memacu minat dan kecintaan masyarakat luas terhadap puisi. Kehadiran film layar lebar fenomenal AADC (Ada Apa Dengan Cinta) juga berandil besar dalam menghadirkan puisi ke tengah-tengah masyarakat luas, orang yang mulanya sangat awam atau tidak menikmati puisi, secara perlahan, melalui 'rayuan' yang diberikan oleh film tersebut, orang-orang mulai beramai-ramai untuk menjadikan buku kumpulan puisi masuk kedalam daftar bacaan mereka. Terbukti, buku puisi penyair Aan Mansyur, Tidak Ada New York Hari Ini, yang menjadi buku kumpulan syair Rangga yang mendampingi launching film AADC, terjual lebih 40.000 eksemplar dalam kurun waktu tidak sampai sebulan, adalah suatu angka penjualan fantastis untuk karya sastra, apalagi puisi.

Sejak semaraknya dunia perpuisian, saya pun belakangan ini banyak membaca buku kumpulan puisi. Banyak diantaranya menjadi bacaan yang saya baca berulang kali, dan selalu menjadi teman perjalanan saya di dalam bis atau mobil, jika saya berpergian. Salah satu buku puisi yang dapat dibilang akan menjadi buku puisi terbaik yang saya baca tahun ini adalah sebuah karya penyair muda Nissa Rengganis, 'Manuskrip Puisi'.

Buku ini mendapat apresiasi sangat baik oleh kritikus sastra dan terbukti dengan penghargaan Anugerah Hari Puisi Indonesia 2015 diberikan kepada buku kumpulan puisi ini. Manuskrip Sepi menyajikan tafsiran-tafsiran Nissa atas peristiwa, baik yang dia alami sendiri maupun yang dialami orang lain. Nissa berusaha berdiri tegak sambil mengerlingi dunia tempatnya berada. Sebuah dunia dengan banyak kota, banyak wajah. serta gempita peristiwa. Cirebon, kota tempat Nissa tinggal, menjadi salah satu pengaruh desingan catatan-catatannya.

Nissa berupaya keras mengingatkan peristiwa-peristiwa yang lalu agar tidak menjadi nisan yang berisi nama-nama, tetapi juga menziarahi unsur-unsur pembentuk peristiwa tersebut. Ada manusia di sana. Ada peran-peran yang ditinggalkan setelah peristiwa tersebut berlalu. Dalam “Sipon”, Nissa menyergah kita untuk tidak melupakan Widji Thukul sebagai seorang manusia biasa. Manusia yang seharusnya berdaulat atas nasib napasnya. Manusia yang memiliki orang-orang yang dikasihi dan mengasihi dirinya. Manusia dengan keluarga yang semerta-merta harus ditinggalkan tanpa mendapat sedikit pun penjelasan.

Berikut kutipan-kutipan yang sangat saya suka:

Reguklah
Air mata ini terlampau asin dari garam di lautan
Nelayan tak berlayar
Sudah lama kompas tak mengarah ke laut
(Perempuan Pesisir Utara)

Kota yang belum tuntas kubaca
Adakah lesat jejakku tertinggal di sana
Adakah bau tubuhku ikut tertimbun di dalamnya
         (Menjadi Angin dan Api dari Sepi Tubuhku)



Tanah adalah ibu kandung yang tak boleh dilacurkan
Kami tak mengambil apapun
Hanya menjaga apa yang kami miliki
Durhaka seorang anak yang tak santun pada ibunya.
Lalu mengapa mesti ada peluru menembus tubuhmu
Juga pada tubuh-tubuh lain yang tak kukenal
          (Kematian Demonstran Bima)

Demikianlah, sepi bagi Nissa tidak hanya melulu soal kesendirian dalam romansa hubungan sepasang kekasih, namun juga di lihat dalam perspektif luas hingga masalah-masalah sosial kemasyarakatan sehari-hari yang terkadang luput dari perhatian, padahal sangat dengan dengan keseharian kita. Membaca kumpulan puisi ini membuat saya menerjemahkan perasaan cinta dan kesepian, sedih dan kehilangan, menjadi lebih luas dan terbuka atas kemungkinan-kemunkinan pemahamn baru atasnya.
 

Tentang Saya dan Blog Ini


Saya adalah manusia yang tak pernah berhenti belajar dan berpikir. Saya membaca segala jenis buku, fiksi dan non fiksi, filsafat, sejarah, self help, segala jenis sastra dan segala sesuatu yang melibatkan nalar berpikir. Menulis adalah cara saya untuk kembali menelurkan apa yang sudah saya baca, sebagai refleksi diri sejauh mana bacaan saya merekonstruksi pemahaman saya. 

Blog ini berisi pemikiran-pemikiran saya tentang segala hal disekitar saya, dan juga wadah berbagi informasi yang saya anggap berguna untuk diketahui orang lain. Selain itu juga tentunya blog ini memuat resensi buku-buku yang sudah saya baca.

twitter: @annesa_nh
facebook: Annesa Nur Hasanah
email: annesanh@gmail.com