Sejak semaraknya dunia perpuisian, saya pun belakangan ini banyak membaca buku kumpulan puisi. Banyak diantaranya menjadi bacaan yang saya baca berulang kali, dan selalu menjadi teman perjalanan saya di dalam bis atau mobil, jika saya berpergian. Salah satu buku puisi yang dapat dibilang akan menjadi buku puisi terbaik yang saya baca tahun ini adalah sebuah karya penyair muda Nissa Rengganis, 'Manuskrip Puisi'.
Buku ini mendapat apresiasi sangat baik oleh kritikus sastra dan terbukti dengan penghargaan Anugerah Hari Puisi Indonesia 2015 diberikan kepada buku kumpulan puisi ini. Manuskrip Sepi menyajikan tafsiran-tafsiran Nissa atas peristiwa, baik yang dia alami sendiri maupun yang dialami orang lain. Nissa berusaha berdiri tegak sambil mengerlingi dunia tempatnya berada. Sebuah dunia dengan banyak kota, banyak wajah. serta gempita peristiwa. Cirebon, kota tempat Nissa tinggal, menjadi salah satu pengaruh desingan catatan-catatannya.
Nissa berupaya keras mengingatkan peristiwa-peristiwa yang lalu agar tidak menjadi nisan yang berisi nama-nama, tetapi juga menziarahi unsur-unsur pembentuk peristiwa tersebut. Ada manusia di sana. Ada peran-peran yang ditinggalkan setelah peristiwa tersebut berlalu. Dalam “Sipon”, Nissa menyergah kita untuk tidak melupakan Widji Thukul sebagai seorang manusia biasa. Manusia yang seharusnya berdaulat atas nasib napasnya. Manusia yang memiliki orang-orang yang dikasihi dan mengasihi dirinya. Manusia dengan keluarga yang semerta-merta harus ditinggalkan tanpa mendapat sedikit pun penjelasan.
Berikut kutipan-kutipan yang sangat saya suka:
Reguklah
Air mata ini terlampau asin dari garam di lautan
Nelayan tak berlayar
Sudah lama kompas tak mengarah ke laut
(Perempuan Pesisir Utara)
Kota yang belum tuntas kubaca(Menjadi Angin dan Api dari Sepi Tubuhku)
Adakah lesat jejakku tertinggal di sana
Adakah bau tubuhku ikut tertimbun di dalamnya
Tanah adalah ibu kandung yang tak boleh dilacurkan(Kematian Demonstran Bima)
Kami tak mengambil apapun
Hanya menjaga apa yang kami miliki
Durhaka seorang anak yang tak santun pada ibunya.
Lalu mengapa mesti ada peluru menembus tubuhmu
Juga pada tubuh-tubuh lain yang tak kukenal
Demikianlah, sepi bagi Nissa tidak hanya melulu soal kesendirian dalam romansa hubungan sepasang kekasih, namun juga di lihat dalam perspektif luas hingga masalah-masalah sosial kemasyarakatan sehari-hari yang terkadang luput dari perhatian, padahal sangat dengan dengan keseharian kita. Membaca kumpulan puisi ini membuat saya menerjemahkan perasaan cinta dan kesepian, sedih dan kehilangan, menjadi lebih luas dan terbuka atas kemungkinan-kemunkinan pemahamn baru atasnya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar